Beberapa hal yang sering diucapkan oleh orang Jepang ketika berpapasan dengan sesama orang Jepang lainnya terkadang terdengar sangat aneh bagi warga asing yang tinggal disana. Sebagai contoh, kebiasaan orang Jepang pada saat berjalan menuju suatu tempat dan secara kebetulan bertemu dengan teman yang mereka kenal, mereka sering menanyakan “Anda mau kemana”. Bagi warga asing yang mendengarnya pasti akan bergumam “Apa urusannya bagimu dengan tujuan saya (mau kemana), jangan campuri urusan pribadi saya”.
Pertanyaan “Anda mau kemana” yang diajukan oleh orang Jepang yang secara kebetulan bertemu dengan orang yang mereka kenal adalah bentuk ekspresi keterkejutan, mencari informasi apakah ada hal yang berubah dari pertemuan terakhir mereka sebelumnya, juga menunjukkan kepedulian serta rasa simpati terhadap teman. Sehingga, bagi mereka yang mendapat pertanyaan tersebut, biasanya hanya menjawab dengan singkat “Oh, saya hanya berjalan sedikit menuju kesana” , tanpa menjelaskan tujuannya secara lebih rinci.
Ketika mendengar jawaban tersebut, orang yang tadi bertanya akan membalas “Baiklah, kalau begitu hati-hati ya”, dan selanjutnya mereka berpisah menuju ke tempat tujuan masing-masing. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban orang yang diberi pertanyaan untuk menjawab dengan jawaban yang rinci seperti “Anak saya mendapat nilai yang jelek di sekolah sehingga saya akan menuju sekolahnya dan berbicara dengan gurunya”. Bahkan dalam kenyataannya, orang yang bertanya akan menjadi tidak nyaman apabila pertanyaannya dijawab dengan hal-hal yang bersifat detail dan personal.
Orang Jepang sudah terbiasa menjalani kehidupannya dengan perasaan penuh kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Orang Jepang juga memiliki kebiasaan untuk menanyakan seseorang yang baru mereka temui dengan pertanyaan berapa orang anak yang dimiliki. Hal ini terkadang terdengar seperti pertanyaan yang tidak sopan, terutama bagi wanita asing, tetapi sebenarnya pertanyaan ini tidak bermaksud untuk mengungkap rahasia seseorang.
Sejak jaman dahulu, orang Jepang beranggapan bahwa rumah dan keluarga adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Mereka percaya bahwa akan menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan apabila tidak ada anak yang lahir sehingga garis keturunan keluarga akan menjadi putus/hilang. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa muncul pertanyaan tersebut dan kebanyakan orang Jepang akan menjawab dengan jujur. Jika seseorang menjawab dengan jawaban sederhana “tiga anak”, maka orang yang bertanya tadi akan membalas “Oh, baguslah” atau “Anda pasti menjadi sangat sibuk dengan kehadiran mereka”. Apabila hanya memiliki satu anak maka jawabannya “Kita baru punya hanya satu anak”, maka akan dibalas “Anda pasti merasa kesepian ya“ atau “Kamu seharusnya punya setidaknya satu anak lagi”. Orang Jepang mengerti bahwa balasan jawaban tersebut muncul dari perasaan kepedulian mereka terhadap keluarga-keluarga mereka, sehingga mereka tidak merasa dipojokkan.
Demikianlah beberapa contoh keunikan penggunaan bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari yang agak sedikit berbeda dengan yang lazim digunakan di negara Barat. Seperti kata pepatah “Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, maka setiap daerah/negara memiliki budaya dan keunikan yang menjadi ciri khasnya masing-masing, sesuai dengan kebiasaan dan adat istiadat setempat.
Sumber :
The Heart of Japanese Languange, Haruiko Kindaichi, Japan as I See It.