“OHKA” Burung Ksatria Dewa Angin Jepang Perang Dunia II

Kalau mendengar kata “KAMIKAZE”, para pembaca pasti akan terbersit tentang sejarah Perang Dunia II, dimana pada saat itu Jepang menggunakan jalan terakhir yang cukup nekat untuk melawan serangan Amerika Serikat yang lambat laun merangsek ke wilayah kekaisaran Jepang. KAMI(神) yang berarti DEWA dan KAZE(風)yang berarti ANGIN adalah sebuah pasukan khusus yang mempunyai tujuan untuk melaksanakan misi bunuh diri dengan pesawat berawak yang sarat bom meluncur menuju ke kapal Amerika dan meledakannya. Tetapi apakah para pembaca tahu, kalau sebenarnya Jepang sudah merencanakan perihal pasukan berani mati ini jauh – jauh hari? Hal yang sangat mengejutkan memang, dimana para petinggi militer Jepang telah memanfaatkan fanatisme rakyatnya terhadap Kaisar untuk dibelokkan menjadi nasionalisme sempit dan diluar batas logika. Entah karena memang militer Jepang ingin menjadikan momen itu sebagai titik balik kemenangan atau salah satu bentuk cara terakhir untuk menghambat kemenangan Amerika karena mereka tahu kemungkinan menang sangatlah kecil.

Tepatnya pada bulan Mei tahun 1944, dimana seorang perwira yang berasal dari Skadron 405 bernama Mitsuo Ohta mengusulkan sebuah bom pesawat yang dilepaskan oleh pesawat induknya setelah mendekati sasaran, melayang-layang, dan apabila sudah cukup dekat, pilot mengaktifkan tenaga dorong sehingga akan mengenai target dengan kecepatan tinggi dan hantaman yang keras. Dengan dikendalikan secara manual oleh seorang pilot, maka dapat dipastikan 99% akan mengenai target, khususnya target berupa kapal-kapal perang lawan. Usul kepada komandannya, Letkol Laut Sugahara Hideo ini diterima dan diteruskan kepada Laksamana Madya Wada Misao sebagai Komandan Depo Pemeliharaan Pesawat Terbang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Usulan maut itu diterima oleh sang Laksamana, dan diperintahkanlah kepada jajarannya untuk membuat desain dan cetak birunya. Dengan bantuan dari para ahli Jurusan Aeronautika Universitas Tokyo, akhirnya terbentuklah cetak biru pesawat “bom” itu dengan kode MXY7.

Pesawat bom yang diberi nama 桜花 (Ohka) atau Bunga Sakura dalam Bahasa Indonesia ini, didesain untuk dibawa dengan pesawat Mitsubishi G4M ““Betty”” Model 24J Bomber.

 

Betty bomber

Mitsubishi G4M Bomber Skadron Udara 721 yang membawa Ohka di perutnya

 

Pesawat bom ini dibuat dengan berbagai macam tipe. Tetapi di lapangan hanya Model 11 saja yang aktif dioperasikan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Pada model ini, ditanamkan bom seberat 1.200 kg (2.646 lbs) dan dilengkapi dengan sayap yang terbuat dari kayu. Sebagai mesin pendorong, tipe ini dilengkapi dengan tiga mesin Roket Tipe 4 Model 20 Mark 4 berbahan bakar padat. Dengan 3 roket ini, Ohka Model 11 mempunyai kecepatan yang sangat tinggi pada saat “final approach” dan bahkan bisa dikatakan unstoppable (baca : tidak dapat dihentikan). Dalam keadaan level flight saja kecepatannya sudah mencapai 649 km/jam, apalagi dalam keadaan menukik menuju sasaran, kecepatannya bisa mencapai 1050 km/jam. Tetapi sayangnya durasi pendorong roket yang sangat pendek menjadikan pesawat induknya harus bener-benar dekat dengan target sebelum melepaskan Ohka. Itulah yang menjadikannya sasaran empuk bagi para pilot amerika sebelum bisa menjalankan misi utamanya. Model 11 ini dibuat sebanyak 155 buah di Depo Pemeliharaan Pesawat Terbang Angkatan Laut di kota Yokosuka dan 600 buah dibuat di Depo Pemeliharaan di kota Kasumigaura. Selain versi yang diluncurkan dari pesawat induk, di buat juga versi yang dapat diluncurkan dari pangkalan-pangkalan lepas pantai dan dari gua-gua persembunyian, serta versi kapal selamnya yang diluncurkan dengan katapel. Selanjutnya adalah Model 21 yang merupakan pengembangan dari Model 11, dengan sayap yang terbuat dari logam produksi Nakajima. Model 22, dirancang untuk mengatasi masalah pendeknya waktu operasional roket milik Model 11 dengan digantinya mesin pendorong tersebut. Dipilihlah Tipe Campini Thermojet-Engine, yang dijuluki Tsu-11. Mesin ini sukses diuji dan 50 Model 22 Ohka dibuat di Yokosuka. Model 22 direncanakan untuk diluncurkan dari pesawat bomber yang lebih tangkas dan gesit, Yokosuka P1Y3 “Ginga” Frances bomber. Wing span yang lebih pendek dan warhead yang lebih kecil (600 kg) menjadi masalah lain yang harus diatasi. Hanya 3 pesawat ekperimental dari model ini yang diproduksi dan belum sampai pada tahap operasional. Model berikutnya adalah Model 33, yang merupakan model yang lebih besar daripada Model 22. Dengan tenaga yang dimotori oleh mesin Turbojet Ne-20 produksi Ishikawajima. Pesawat ini mampu membawa bom seberat 800 kg. Pesawat Nakajima G8N Renzan dirancang untuk dapat membawa Ohka model tersebut. Tetapi model ini dibatalkan seiring gagalnya Renzan masuk ke jajaran operasional. Beberapa model yang belum sempat dibuat juga dirancang oleh para insinyur Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, mereka adalah Model 43A dengan sayap lipat dan dirancang khusus untuk diluncurkan dari kapal selam serta Model 43B yang bersayap lipat, dirancang untuk diluncurkan dengan katapel atau roket pendorong dari daratan. Selain itu terdapat juga Model 43 K-1 Kai Wakazakura (Young Cherry) yang merupakan Ohka versi latih berkursi ganda. Model yang terakhir adalah Model 53 yang juga menggunakan mesin Turbojet Ne-20 dan ditarik oleh pesawat induk layaknya glider, kemudian baru akan dilepaskan setelah mendekati target.

Ohka 11

Replika Ohka Model 11

Ohka 22

Ohka Model 22, bisa dilihat terdapat air intake, yang merupakan bagian dari turbojet pada model tersebut

Ohka 43

Ohka Model 43 K-1 versi latih dimana terdapat dua kursi pilot dan papan pendarat sebagai alat pendaratan di air

Ohka yang dijuluki “Baka” (Bahasa Jepang : bodoh), oleh para tentara Amerika ini, mulai memasuki operasional ketika pasukan kekaisaran Jepang sudah mulai terdesak mundur. Peperangan di Medan Okinawa menjadi penugasan pertama dan terakhir bagi “burung neraka” ini. Yang menjadi sasarannya adalah kapal-kapal Amerika Serikat yang sudah bersiap-siap menundukkan Jepang dan berlabuh di Okinawa, salah satu kepulauan Jepang di daerah selatan. Upaya pertama, pada saat dua bomber Jepang membawa Ohka menuju Teluk Leyte. Upaya ini berhasil digagalkan dua kapal selam Amerika, USS Archer-Fish dan USS Redfish. Pada tanggal 21 Maret 1945, 16 “Betty” bomber membawa Ohka masing-masing di perutnya. Bomber-bomber ini direncanakan akan menyerang Grup Taktis 581, yang terdiri dari Kapal Induk Hornet, Bennington, Wasp, dan Belleau Wood. Dua “Betty” bomber yang lain bertugas untuk menyediakan panduan navigasi serta pengamatan dan pengawasan. Bomber-bomber ini seharusnya didampingi oleh 55 Pesawat Mitsubishi “Zero”, tetapi karena masalah teknis maka hanya 25 “Zero” yang mendampingi rombongan malaikat pencabut nyawa ini. Rombongan ini dihalau oleh 16 Pesawat Grumman F6F Hellcat. Melihat musuh yang telah menyergap, sesegera mungkin dilepaskanlah pesawat-pesawat Ohka yang berdaya ledak tinggi itu. Karena jarak yang masih terlalu jauh dari sasaran, yaitu  113 km (harusnya 37 km) maka tidak ada kapal yang berhasil diserang. Tidak ada ““Betty”” bomber yang berhasil kembali dan hanya 15 “Zero” yang berhasil kembali. Misi kali ini gagal total. Pada bulan April intensif serangan semakin ditingkatkan. Pada tanggal 1 April 1945, enam “Betty” bomber menyerang flotila milik Amerika yang bersandar di Okinawa. Hanya satu serangan yang sukses, Turret 16 inch milik Kapal Perang West Virginia yang rusak berat terkena amukan Ohka. Kali ini tidak ada ““Betty”” bomber juga yang berhasil kembali.

Militer Amerika mulai merasakan dan cepat menyadari akan besarnya dampak dari munculnya Ohka di medan perang. Mereka mulai berkonsentrasi untuk memusatkan perhatian pada lingkaran pertahanan untuk menahan serangan pesawat-pesawat berhulu ledak ini. 12 April 1945, sembilan “Betty” menyerang kembali. Kapal Perusak Mannert L. Abele terkena serangan Ohka yang mematikan. Kapal itu terbelah jadi dua dan tenggelam. USS Jeffers salah satu kapal perusak Amerika berhasil menembak jatuh sebuah Ohka, tetapi ledakannya yang cukup dahsyat masih bisa membuat kerusakan parah dan membuat kapal ini sama sekali tak bisa digunakan. Kapal jenis perusak Stanley diserang oleh dua Ohka. Untungnya dua-duanya meleset. Hanya satu “Betty” yang kembali. Serangan berlanjut, pada tanggal 14 April 1945, tujuh “Betty” menyerang flotila kapal-kapal Amerika Serikat. Serangan gagal total karena tidak ada “Betty” yang kembali dan tampaknya tidak ada Ohka yang berhasil dilepaskan. Dua hari kemudian, enam “Betty” kembali menyerang kapal-kapal Amerika Serikat. Dua “Betty” berhasil kembali, tetapi tidak ada Ohka yang mengenai target. Pada tanggal 28 April 1945 malam, empat “Betty” kembali melancarkan serangan, satu berhasil kembali, tetapi lagi-lagi tidak ada Ohka yang mengenai target. Pada bulan Mei 1945, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang masih mengerahkan “Burung-burung mautnya”. 4 Mei 1945, tujuh “Betty” kembali melancarkan serangan, satu Ohka berhasil menyerang Kapal Penyapu Ranjau “Shea”. “Gayety” yang merupakan kapal sejenis pun ikut rusak. Hanya satu “Betty” saja yang berhasil kembali. Pada tanggal 11 Mei 1945, empat “Betty” kembali mencoba menembus blokade pertahanan Amerika Serikat. Kapal perusak “Hugh W. Hadley” berhasil dilumpuhkan. Pada tanggal 25 Mei 1945, sebelas “Betty” kembali melancarkan serangan, tetapi cuaca buruk memaksanya putar arah. Akhirnya 22 Juni 1945, enam “Betty” melancarkan serangan terakhirnya, hanya dua yang kembali dan tidak ada yang mengenai sasaran.

Hingga akhir perang, tercatat tidak ada lagi serangan dari Ohka Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Walaupun dengan cara yang konyol, tetapi semangat tentara Jepang untuk mati-matian mempertahankan negaranya patut diacungi jempol. Itulah yang seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita di masa kini. Mungkin tidak harus sampai mengorbankan nyawa, tetapi pengorbanan waktu, tenaga, dan materi adalah hal yang dapat dikatakan “PASTI” dalam ikut membangun bangsa ini.

Spesifikasi Umum

Kru               :   1 Orang

Panjang        :   6.06 m

Rentang Sayap  :   5.12 m

Tinggi           :   1.16 m

Luas Sayap   :   6.00 m2

Berat Kosong :   440 kg

Mesin            :   3 Buah Tipe 4 Mark 1 Model 20 Roket Motor Bahan Bakar Padat, dengan daya dorong 2.60 kN

Kemampuan

Kecepatan Maksimum      : 804 km/jam saat menukik

Jarak Tempuh                 : 36 km

Daya Angkat Sayap         : 356.7 kg/m3

Kecepatan tukik              : 1040 km/jam

Persenjaataan                 : 1200 kg bom

Sumber : Wikipedia

 




Leave a Reply