Menyusul ketegangan antara Washington dan Taheran, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyetujui pengiriman Pasukan Bela Diri Angkatan Laut Jepang atau Japan Maritime Self Defense Force (JMSDF) dalam suatu misi operasi ke Timur Tengah. Operasi tersebut rencananya akan melibatkan 1 kapal kelas destroyer yang mampu mengangkut helikopter, 2 pesawat patroli maritim beserta 260 personel selama satu tahun kedepan dan dapat diperpanjang.
Keputusan tersebut diambil dalam rapat Dewan Keamanan Nasional Jepang dibawa pimpinan PM Jepang Shinzo Abe yang beranggotakan Menteri Keuangan, Menteri Urusan Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Perekonomian dan Industri, Menteri Pertanahan Infrastruktur Tranportasi Pariwisata, Sekertaris Kabinet dan Ketua Komisi Keamanan Publik Nasional bertempat di Kediaman PM Jepang.
Dalam konferensi pers setelah pengambilan keputusan tersebut, Sekertaris Kabinet Yoshihide Suga menegaskan “Keamanan dan Perdamaian di kawasan Timur Tengah merupakan perhatian dunia internasional termasuk Jepang”. Suga juga menambahkan “Untuk mengantisipasi ketengangan yang meningkat di kawasan Timur Tengah, misi pengumpulan data dan informasi dalam rangka menjamin keselamatan pelayaran kapal-kapal yang memiiki hubungan perdagangan dengan Jepang merupakan prioritas utama”.
Kawasan Timur Tengah merupakan salah satu kawasan terpenting bagi Jepang. Seperti pernyataan Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono yang dikutip oleh kantor berita nasional jepang NHK pada tanggal 10 Januari, 90 persen impor minyak mentah Jepang diangkut oleh kapal yang berlayar melintasi perairan Timur Tengah, oleh karena itu operasi pengumpulan data informasi sangat penting bagi Jepang untuk meyakinkan kapal-kapal niaga yang memiliki hubungan dengan Jepang dapat melintasi wilayah ini dengan aman.
2 Pesawat Patroli Maritim jenis P-3C Orion telah berangkat meninggalkan Pangkalan Udara JMSDF di Naha Okinawa pada tanggal 11 Januari yang lalu menuju Djibouti yang menjadi Pangkalan selama 11 bulan operasi. Sedangkan kapal destroyer JS Takanami rencananya baru akan bertolak dari Pangkalan Yokosuka pada pertengahan Februari yang akan datang. Informasi tentang keamanan pelayaran di daerah operasi yang dikumpulkan oleh pasukan JMSDF akan disebarkan ke Perusahan Pelayaran dan instansi lain yang membutuhkan. Apabila terjadi penyerangan terhadap kapal Jepang oleh para perombak, kapal JMSDF akan melaksanakan pengawalan sesuai dengan Undang Undang Jepang yang berlaku. Pemerintah Jepang telah menganggarkan sekitar 4,7 Miliyar Yen untuk kebutuhan operasi, termasuk kebutuhan bahan bakar dan tunjungan tambahan bagi 260 personel pada tahun anggaran 2020.
Tokyo menghindari menggelar kekuatan JMSDF di Selat Hormuz dan Teluk Persia yang merupakan perairan yang menjadi pusat ketengangan antara Amerika Serikat dan Iran beberapa bulan terakhir. Daerah operasi Pasukan JMSDF Jepang berada di perairan Teluk Oman, Laut Arab bagian utara dan Teluk Aden. Namun demikian, meskipun saat ini Jepang melaksanakan operasi mandiri di Timur Tengah tidak menutup kemungkinan Jepang akan bergabung dengan Koalisi Amerika Serikat karena Jepang memiliki Kerjasama Pertukaran Informasi dengan Amerika Serikat.
Ref:
https://www.nikkei.com/article/DGXMZO53840930W9A221C1SHA000/
Foto dari wikipedia DD-110 Takanami