Napak Tilas Pertempuran Tentara Jepang di Iwo Jima

“Sebelum berangkat ke sana, tonton dulu ‘Letters from Iwo Jima‘ dan ‘Flags of Our Fathers‘, baru kamu bisa mengerti apa yang akan kamu lihat di sana”. Begitulah nasihat dari pengasuh penulis beberapa bulan sebelum keberangkatan ke Iwo Jima untuk napak tilas salah satu pertempuran terhebat pada PD II tersebut. Pengasuh penulis yang merupakan seorang perwira Japan Maritime Self Defense Force (JMSDF) kemudian menambahkan, “Jangankan orang asing, orang Jepang saja tidak semuanya diperkenankan ke sana, oleh karena itu manfaatkanlah dengan baik kesempatan ini”.

Perjalanan penulis menuju Iwo Jima pun dimulai. Waktu yang tersedia hanyalah 2 hari 1 malam. Penulis berangkat dari Lanud Iruma milik Japan Air Self Defense Force (JASDF) dengan menaiki pesawat angkut C-130 Hercules. Perjalanan menuju Iwo Jima ternyata tidak terlalu memakan waktu lama. Tidak sampai 3 jam penulis beserta rombongan lainnya sudah tiba di sana. Setiba di sana, hal pertama yang penulis rasakan adalah iklimnya yang terasa berbeda dengan Jepang. Iklim di sana lebih terasa tropis dibandingkan sub-tropis. Curah hujan yang tinggi dengan tingkat kelembaban yang juga tinggi.Ditambah lagi penulis menemukan tumbuhan tropis seperti pepaya dan cabe merah di sana. Pertempuran seperti apakah yang terjadi di sana kira-kira 70 tahun yang lalu? Berikut ini akan penulis jabarkan khususnya dari sisi tentara Jepang.

Gambaran Umum Pertempuran Iwo Jima

220px-Iwo_jima_location_mapSagredo

Gambar 1. Lokasi Pulau Iwo-Jima.

Pertempuran Iwo Jima (19 Februari – 26 Maret 1945) merupakan pertempuran darat terbesar di Peperangan Asia Timur Raya. Pertempuran antara tentara Sekutu (Amerika Serikat) dengan tentara Kekaisaran Jepang ini berlangsung di pulau Iwo Jima, sekitar 600 mil sebelah selatan Tokyo. Dilihat dari segi alutsista (firepower) dan personel (manpower), pertempuran Iwo Jima jelas bukan pertempuran yang seimbang. Bagaimana tidak, kubu Amerika terdiri dari 70.000 pasukan gabungan dari US Marine Corps, US Navy dan US Air Force beserta 500 kapal (11 battleship) lengkap dengan pesawat tempur. Sementara kubu Jepang hanya terdiri dari 22000 pasukan gabungan Angkatan Darat dan Angkatan laut, yang tidak didukung oleh bantuan kapal maupun pesawat tempur. Ditambah lagi, tentara Jepang tidak mendapatkan bantuan logistik dari pulau utama dikarenakan air superiority dan sea superiority telah terenggut oleh Amerika.

Rupanya tantangan tentara Jepang belum sampai di situ. Iwo Jima dalam bahasa Jepang 硫黄島, berarti pulau belerang. Ya, pulau ini dinamai begitu karena kandungan belerang yang tinggi dalam pulau ini. Hal ini membuat para tentara Jepang tidak dapat menemukan air yang tidak tercampur belerang. Mereka hanya dapat mengandalkan air hujan untuk minum, dan air laut untuk memasak.

Tadamichi_Kuribayashi

Gambar 2. Letjen Kuribayashi Tadamichi ( 栗林 忠道 )

Di kondisi yang sulit ini, tentara Jepang dipimpin oleh Letjen Kuribayashi Tadamichi  ( 栗林 忠道 ). Letjen Kuribayashi dipercaya untuk mengemban tugas ini karena beliau adalah mantan Atase Pertahanan Jepang untuk Amerika tahun 1928-1930, bahkan beliau sempat menimba ilmu di Harvard University. Sehingga, beliau dianggap telah mengetahui dengan baik pola pikir orang Amerika, dan mampu untuk memperkirakan strategi yang akan digunakan oleh musuh.

Letjen Kuribayashi memperkirakan, Amerika dengan air dan sea superiority yang dimilikinya akan berkali-kali memborbardir pulau tersebut sebelum melakukan pendaratan pasukan. Ditambah lagi, operasi pendaratan tersebut dipastikan akan dibantu dengan tank-tank yang dapat dengan mudah menghancurkan parit pertahanan pantai. Selain itu, setelah melihat struktur pulau Iwo Jima secara menyeluruh, Letjen Kuribayashi memperkirakan tentara AS akan melakukan operasi pendaratan hanya melalui satu sisi. Yaitu sisi pulau yang tidak dipenuhi karang dan memiliki ombak yang tenang. Sisi pulau tersebut dapat dilihat di gambar di bawah. Oleh karena itu, pertahanan pantai sama sekali tidak diperlukan dengan alasan hanya akan menambah korban di pihak Jepang. Sebagai gantinya, para tentara diarahkan untuk menggali jaringan gua-gua pertahanan yang terhubung satu sama lain, di mana gua-gua tersebut akan memiliki lubang jendela yang diarahkan ke lokasi pendaratan tentara AS. Gua-gua tersebut akan menjadi tempat pertahanan sekaligus tempat mereka bertempur selama pertempuran tersebut. Bahkan mereka juga membuat rumah sakit bawah tanah yang lengkap dengan fasilitas medisnya.

 

DSC02454

Gambar 3. Lokasi pesisir pantai tempat operasi pendaratan tentara AS.

Pertempuran Iwo Jima

IwoJimaNavalGunnery002a

Gambar 4. Peta pembagian target bombardir Pulau Iwo Jima oleh Amerika Serikat

Perkiraan Letjen Kuribayashi ternyata benar, kedatangan armada laut Amerika Serikat langsung dibarengi pemborbardiran pulau Iwo Jima secara menyeluruh. Gambar di atas merupakan peta pembagian target bombardir Pulau Iwo Jima oleh 11 Battleship Amerika Serikat. Tidak ada satu daerahpun yang luput dari bombardir kapal-kapal Amerika tersebut.

peluru nancep.

Gambar 5. Peluru artileri kapal yang menancap di sebuah batu di pulau Iwo Jima

suribachi mount

Gambar 6. Gunung Suribachi. Dahsyatnya bombardir dari kapal Amerika hingga membentuk kawah di bagian puncaknya

Setelah selesai memborbardir, pasukan Amerika sudah yakin tidak mungkin ada satu makhluk hiduppun yang tersisa di pulau tersebut. Merekapun melancarkan operasi pendaratan pasukan. Namun, pendaratan tersebut sudah ditunggu-tunggu oleh ke 22000 pasukan Letjen Kuribayashi yang bersembunyi di dalam gua perlindungan. Korban di kedua belah pihak tidak terelakkan. Di bawah pimpinan Letjen Kuribayashi, tentara Jepang bertempur hingga kehabisan amunisi, sehingga terpaksa melakukan serangan akhir dengan menggunakan pedang katana dan bayonet. Meskipun tentara Jepang akhirnya kalah, namun korban di pihak Amerika sangatlah banyak, 7000 pasukan tewas dan 20000 lainnya luka-luka. Sementara di pihak Jepang 216 pasukan ditangkap dan sisanya meninggal dunia.

Foto-foto dari Iwo Jima

gua 海軍陸戦隊

Gambar 7. Pintu masuk gua pasukan marinir AL Jepang.  Diharuskan merangkak untuk dapat masuk ke gua tersebut.

pintu masuk gua

Gambar 8. Pintu masuk gua markas komando di bawah pimpinan Letjen Kuribayashi. Gua ini merupakan gua yang paling luas di Pulau Iwo Jima. Gua ini digunakan untuk rapat menyusun strategi, memberikan pengarahan langsung kepada pasukan, dan kegiatan lainnya yang membutuhkan ruangan yang lapang.

peta gua markas

Gambar 9. Peta gua markas komando.

海岸線

Gambar 10. Tempat mendaratnya pasukan Amerika Serikat. Pasir pantai Iwo Jima bukanlah pasir biasa. Pasirnya sangatlah empuk sehingga ketika berjalan, kaki dapat tenggelam dalam pasir hingga sebetis.

海岸線 硫黄島からの手紙

Gambar 11. Letjen Kuribayashi sedang menyisiri pantai lokasi diperkirakannya pasukan AS akan mendarat (dari film “Letters from Iwo Jima”). Di belakangnya adalah Gunung Suribachi.

医務課壕

Gambar 12. Gua rumah sakit dan beberapa peninggalan peralatan medis. Gua rumah sakit memiliki banyak ventilasi supaya dapat memberikan lebih banyak udara segar bagi yang tentara terluka.

医務課壕 地図

Gambar 13. Peta gua rumah sakit.

Isi gua zeni

Gambar 14. Bagian internal dari gua pertahanan. Cukup besar sampai-sampai orang dewasa dapat berdiri dengan leluasa. Gua pada foto ini dibangun oleh satuan Zeni Konstruksi Angkatan Darat Jepang, sehingga memiliki struktur yang rapi dan lapang.

Isi gua zeni2

Gambar 15. Sisi lain dari bagian internal gua pertahanan satuan Zeni Konstruksi Angkatan Darat Jepang.

DSC02526

Gambar 16. Suasana internal gua pertahanan. Manusia dewasa dapat berdiri dengan normal.

DSC02528

Gambar 17. Flamethrower milik Angkatan Darat Jepang yang tersisa di dalam gua pertahanan.

Iwo_Jima_-_Mt_Suribachi_Detail

Gambar 18. Batu-batu di Iwo Jima yang terkena tembakan.

Tugu Peringatan

Gambar 19. Monumen peringatan tentara yang gugur. Terletak tepat di atas salah satu jaringan gua bawah tanah tentara Jepang. Sehingga, air yang dialirkan para peziarah dipercaya akan mengalir tepat ke bawah gua di mana arwah para tentara bersemayam.

Pulau Iwo Jima Setelah Pertempuran

Setelah pulau Iwo Jima berhasil direbut, tentara AS membangun pangkalan udara di atasnya. Berkat itu, tentara AS dapat dengan mudah merebut air dan sea superiority pada pulau utama Jepang. Beberapa bulan kemudian, tentara AS berhasil melancarkan operasi pendaratan pasukan di daerah Okinawa dan pengeboman di seluruh wilayah Jepang, terutama di daerah Tokyo. Pada puncaknya, AS menjatuhkan dua buah bom atom, Little Boy di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Fat Man di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Jatuhnya dua bom atom tersebut, ditambah agresi tentara Soviet yang sudah menguasai daerah Manchuria, memaksa Jepang untuk menyerah tanpa syarat pada 15 Agustus 1945.

Pulau Iwo Jima Setelah Perang Dunia II

Setelah Perang Dunia II, pangkalan udara di atas pulau Iwo-Jima masih dimiliki oleh AS hingga 1968. Setelah itu, Iwo Jima diberikan kembali ke pemerintah Jepang, yang kemudian oleh pemerintah Jepang digunakan sebagai pangkalan Japan Air Self Defense Force (JASDF) hingga kini.

Pasca PD II, ada dua masalah yang ada di pulau tersebut. Pertama, banyaknya mayat yang ada di pulau tersebut. Dikarenakan jauhnya lokasi Iwo Jima dari pulau utama dan lokasi mayat yang sebagian masih berada di dalam gua-gua pertahanan, menyebabkan pekerjaan evakuasi jenazah pertempuran Iwo jima memakan waktu lama. Bahkan, pekerjaan evakuasi rangka-rangka jenazah pertempuran Iwo jima ke pulau utama Jepang untuk dikremasi itu masih berlangsung hingga saat artikel ini dibuat. Masalah kedua yang melanda pulau Iwo jima adalah baunya yang menyengat. Banyaknya korban pertempuran di pulau tersebut menimbulkan bau kurang sedap hingga ke seluruh penjuru pulau. Masalah ini kemudian di atasi dengan penanaman tanaman secara masif oleh tentara AS. Penanaman tanaman ini dilakukan dengan cara penyebaran bibit tanaman menggunakan pesawat Angkatan Bersenjata AS yang dikirim dari Filipina. Bibit tanaman yang digunakan oleh tentara AS juga merupakan bibit tanaman-tanaman yang tumbuh di Filipina, sehingga menyebabkan banyak ditemukan tanaman-tanaman daerah tropis yang tumbuh di sana, seperti pepaya dan cabe merah.

Pada 19 Februari 1985, para veteran pertempuran Iwo Jima dari kedua belah pihak mengadakan pertemuan di pulau ini. Pertemuan yang dinamai “Reunion of Honor” ini menghasilkan sebuah prasasti yang bertuliskan:

“On the 40th anniversary of the battle of Iwo Jima, American and Japanese veterans met again on these same sands, this time in peace and friendship. We commemorate our comrades, living and dead, who fought here with bravery and honor, and we pray together that our sacrifices on Iwo Jima will always be remembered and never be repeated.”

Reunion_of_Honor_memorial_on_Iwo_Jima

Gambar 20. Prasasti “Reunion of Honor“.

Prasasti ini sangat berkesan di hati penulis, mari kita bayangkan bagaimanakah perasaan para veteran pertempuran tersebut yang bertemu di tanah yang dahulu mereka perebutkan ini? Bagaimanakah perasaan mereka ketika bertemu kembali di tempat yang sama, namun dalam situasi yang sangat berbeda, kalau dulu mereka saling membunuh, namun sekarang mereka saling berteman? AS mungkin menang perang atas Jepang saat itu, namun bagi mereka para veteran Iwo Jima baik dari AS maupun Jepang, mereka sama-sama merasa kesepian atas hilangnya sahabat baik mereka saat pertempuran itu. Ibarat pepatah “Kalah jadi Abu, Menang jadi Arang”.

Read more

http://www.iwojima.com/today.htm

http://www.allworldwars.com/Iwo-Jima-Naval-Gunfire-Support.html#AppendixIII



dan di manapun berada, memberikan karya terbaik bagi masyarakat, bangsa, negara, dan dunia


Leave a Reply