Terapkan protokol ketat, Jepang buka kembali negaranya.

Semenjak pandemi Covid-19 merebak, pada akhir Maret lalu secara resmi pemerintah Jepang menutup pintu masuk negaranya dari hampir seluruh negara di dunia. Pelarangan masuk ini berlaku bagi semua warga negara asing, bahkan yang memiliki Kartu Tinggal Tetap dan keluarga warga Jepang, termasuk ribuan mahasiswa yang sedang menjalani libur akhir tahun ajaran. Tentunya, aturan ini sangat merugikan bagi mereka yang sudah terlanjur keluar dari Jepang, bahkan para pegawai yang kebetulan sedang berdinas luar negeri pun turut terdampak.

Memang, ada aturan khusus dan sangat ketat yang diberlakukan khusus untuk warga negara Jepang yang ingin kembali, seperti pengujian RT-PCR serta karantina mandiri dan bermacam pembatasan lainnya. Perkembangan penelitian serta hasil pengontrolan pasien Covid-19 dalam negeri disertai tuntutan dari mereka yang terdampar diluar negeri, memaksa pemerintah Jepang untuk segera membuka negerinya kembali.

Pertengahan Agustus, Jepang akhirnya melonggarkan pembatasan dengan menerima pejalan bisnis dari Vietnam dan Thailand, karena dua negara ini dinilai sudah mampu mengontrol jumlah pasien Covid-19 di negaranya. Sejalan dengan itu, sesuai dengan skenario pengunduran mulainya tahun ajaran baru dari April menjadi September, secara bertahap pemerintah Jepang menyusun mekanisme untuk membuka kembali negaranya bagi WNA yang sudah memiliki ijin tinggal maupun kepentingan dinas negara[1]. Dalam rilis resminya, terdapat negara dalam kategori merah untuk pandemi dan kategori hijau.

Beda Perlakuan

Bagi negara dalam kategori merah (159 negara), termasuk Indonesia dan Amerika Serikat, sebelum berangkat, calon pengunjung diwajibkan melakukan RT-PCR tes yang dilaksanakan maksimal 72 jam sebelum jam keberangkatan, serta wajib menunjukkan bukti ini di pintu imigrasi masuk Jepang. Bagi negara hijau, tidak ada kewajiban ini, namun perlakuan setibanya di Jepang tetap sama[2].

Tiba di Jepang

Seperti yang telah dilakukan sejak awal April lalu, Pemerintah Jepang melakukan RT-PCR swab terhadap seluruh orang yang masuk Jepang. Warga yang sudah menjalani tes, tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan umum untuk meninggalkan bandara, sehingga mereka harus meyakinkan para petugas posko Covid tentang moda transportasi yang akan digunakan menuju tempat karantina mandiri selama 14 hari sembari menunggu hasil swab. Pada awalnya, disiapkan shuttle bus khusus menuju tempat karantina yang ditunjuk petugas, namun akhirnya taksi dan kendaraan pribadi/sewa juga diberikan ijin, termasuk karantina mandiri di rumah masing-masing.

Bagi warga asing, saat pengajuan Visa (negara kategori merah dan hijau), wajib menunjukkan alamat yang akan dituju saat karantina mandiri selama 14 hari dan moda transportasi dari bandara. Jika tidak dapat melampirkan data ini, tentunya pengajuan visa akan ditinjau kembali bahkan ditolak.

Lebih Cepat

Saat ini, Jepang membuka negaranya melalui 3 bandara internasional, yaitu Narita, Haneda dan Kansai[3]. Hingga akhir minggu lalu, setiap penumpang yang mendarat, harus menjalani tes swab RT-PCR sebelum diijinkan keluar bandara. Tuntutan jumlah penumpang yang masuk semakin banyak seiring kembalinya mereka yang sudah terdampar selama lebih 6 bulan, membuat pemerintah Jepang mengganti metode pengecekan Covid-19 menjadi antigen test dengan pengambilan sampel ludah[4]. Setiap penumpang akan diminta mengisi tabung spesimen dengan 1-2 ml ludah, sembari menjalani pengecekan administrasi data tempat karantina dan moda transportasi. Tes ini memang mempercepat proses, meski tingkat akurasinya masih dibawah hasil RT-PCR, sesuai standar WHO[5]. Para penumpang pun dapat lebih tenang saat meninggalkan bandara, dibandingkan gelombang sebelumnya yang menunggu pemberitahuan hasil 3-4 hari kemudian. Bagi penumpang yang reaktif, petugas posko akan mengarahkan mereka untuk menjalani swab tes. Untuk mereka yang hasilnya negatif, masing-masing akan menerima kartu merah dan hijau sesuai negaranya, dengan tetap menjalani prosedur karantina mandiri.

Kedepan, Jepang berencana menambah 3 bandara lagi untuk masuknya penumpang internasional, yaitu Chubu Centrair (khusus bisnis), Fukuoka dan Shin Chitose di Pulau Hokkaido. Kemampuan layanan tes pun akan terus ditingkatkan dari 500 spesimen menjadi 1800 per hari.

 

Sumber :

[1] https://www.yomiuri.co.jp/editorial/20200905-OYT1T50288/

[2] https://www.mhlw.go.jp/stf/seisakunitsuite/bunya/kenkou_iryou/covid19_qa_kanrenkigyou_00001.html

[3] https://www3.nhk.or.jp/kansai-news/20200924/2000035232.html

[4] https://news.yahoo.co.jp/articles/37fc7f769f0d174741c664f766069ad606f72f09

[5] https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/coronavirus-testing-basics




Leave a Reply