Rudal balistik sering muncul di film-film action seperti “Mission Impossible”, “Salt”, atau “The Hunt for Red October”. Pada film-film itu, sang aktor antagonis berusaha untuk meluncurkan rudal balistik dengan tujuan menghancurkan suatu kota dan membuat total chaos di dunia. Namun pada akhirnya, seperti layaknya film-film pada umumnya, usaha tersebut berhasil dihentikan oleh aktor protagonisnya di detik-detik terakhir.
Rudal balistik bukanlah teknologi yang hanya ada di dunia layar lebar. Rudal balistik dengan segala daya hancurnya benar-benar ada, dan dioperasikan oleh beberapa negara di dunia. Hal tersebut menimbulkan rasa khawatir terutama terhadap negara tetangga. Kekhawatiran ini dirasakan betul oleh Jepang. Bagaimana tidak, Jepang memiliki tetangga yaitu Korea Utara yang sangat aktif dalam mengembangkan rudal balistik dan hulu ledak nuklirnya. Masih segar dalam ingatan masyarakat dunia dalam percobaan 29 Agustus 2017 silam, ketika Korea Utara meluncurkan rudal balistik Hwasong-12 sejauh 2.700 km ke tenggara, terbang melintasi atas Pulau Hokkaido, Jepang, pada ketinggian 550 km dan akhirnya jatuh di Samudera Pasifik. Percobaan ini menggegerkan dunia, dan memaksa Jepang memperketat pertahanannya terhadap Rudal Balistik.
Sebelum membahas bagaimana Jepang menghadapi ancaman Rudal Balistik, sebelumnya mari kita pahami dulu apakah rudal balistik itu? Bagaimanakah cara kerja rudal balistik? Kemudian, seberapa berbahayakah rudal balistik? Mari kita bahas hal tersebut satu persatu.
Sekilas Tentang Rudal Balistik
Rudal Balistik (Ballistic Missile) adalah rudal yang terbang melewati jalur balistik dengan satu atau lebih hulu ledak, menuju target yang telah ditentukan sebelumnya. Rudal balistik dapat diluncurkan melalui banyak platform, diantaranya dari sebuah silo (missile silo), truk, kapal perang, kereta, atau bahkan menggunakan kapal selam. Menurut jangkauannya, rudal balistik dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Short-Range Ballistic Missile (SRBM), berjarak hingga 1000 km
2. Medium-Range Ballistic Missile (MRBM), berjarak 1000-3000 km
3. Intermediate-Range Ballistic Missile (IRBM), berjarak 3000-5500 km
4. Intercontinental Ballistic Missile (ICBM), berjarak lebih dari 5500 km
Sementara itu, ada juga rudal balistik yang diluncurkan melalui kapal selam, atau biasa disebut Submarine-Launched Ballistic Missile (SLBM), misalnya SLBM, UGM-96 Trident I, buatan Amerika Serikat.
Berbeda dengan alutsista militer lainnya, ICBM merupakan rudal balistik yang paling ditakuti karena banyak faktor. Diantaranya jarak tembak yang jauh (lebih dari 5500 km), waktu tempuh mencapai sasaran yang singkat, sulit untuk dihentikan, dan biasanya membawa muatan yang dapat membuat kerusakan sangat tinggi baik berupa hulu ledak nuklir, senjata biologi, ataupun senjata kimia. Oleh karena itu, penulis akan sedikit membahas lebih lanjut mengenai ICBM.
Penyerangan melalui rudal balistik, khususnya ICBM, memiliki tiga fase. Pertama disebut boost phase, yang dimulai dengan peluncuran rudal dan berakhir ketika mesin roket selesai, pada fase ini kepala rudal dilindungi oleh penutup (shroud) yang nantinya akan terlepas. Fase kedua disebut dengan midcourse phase, ketika rudal tersebut bergerak menuju target dalam lintasan parabolik, biasanya pada fase ini rudal berada di luar atmosfir. Fase terakhir terminal phase, merupakan fase di mana re-entry vehicle yang berada di dalam rudal tersebut memasuki kembali atmosfir dan bergerak menuju sasaran dalam kurang dari satu menit.
ICBM dapat menggunakan bahan bakar padat, cair, atau bahkan kombinasi dari keduanya, yang penting pembakaran bahan bakar tersebut mampu untuk mengangkat ICBM menuju sasaran secepat mungkin. Mari kita ambil contoh ICBM milik AS, Minuteman III (Gambar 7), yang mampu meluncur dengan kecepatan hingga 15.000 mil/jam (24.000 km/jam) atau hampir 20 kali kecepatan suara. Kecepatan yang tinggi ini mampu membuat ICBM Minuteman III sampai di sasaran dalam waktu 30 menit meskipun diluncurkan dari jarak hampir 10.000 km jauhnya. Dengan kata lain, ICBM tersebut mampu meluncur dari Surabaya ke kota Bucharest di Rumania hanya dalam waktu 30 menit. Di tambah lagi, dengan jarak dan waktu tempuh itu, Minuteman III mampu presisi hingga beberapa ratus meter dari sasaran.
Untuk mencapai kecepatan dan presisi yang tinggi itu, ICBM biasanya memiliki tiga atau empat motor roket yang terpisah, yang biasanya disebut “stage”. Motor roket yang paling bawah merupakan motor roket yang terbesar dan yang paling banyak mengangkat berat ICBM yang setara dengan beberapa bus sekolah, kebanyakan dari berat tersebut adalah bahan bakar roket itu sendiri. Setelah motor roket pertama menghabiskan seluruh bahan bakarnya, motor roket tersebut akan terlepas dari badan ICBM dan motor roket kedua mulai membakar bahan bakarnya. Proses ini berlanjut hingga seluruh motor roket membakar habis bahan bakarnya. Hal ini menyebabkan ICBM meluncur dengan kecepatan yang terus semakin cepat dikarenakan beban yang terus semakin berkurang. Ketika seluruh motor roket telah membakar habis bahan bakarnya, maka yang tersisa hanyalah muatan dari ICBM itu sendiri, dapat berupa hulu ledak nuklir, senjata biologis, atau senjata kimia.
Dalam perjalanannya, ICBM menggunakan beberapa cara untuk menjaga haluannya. Komputer-komputer memonitor lintasan dari roket tersebut dan menggunakan giroskop yang berputar untuk memperbaiki arah rudalnya. Bahkan, beberapa ICBM juga dilengkapi kamera untuk melihat konstelasi bintang, sehingga kita dapat memonitor posisi rudal ketika berada di atas awan.
ICBM milik AS, Minuteman III dapat membawa tiga muatan sekaligus. ICBM yang lebih modern dari Minuteman III, bahkan dapat membawa hingga 10 muatan. Di mana setiap muatan tersebut dapat mengenai sasaran yang berbeda. Jika dipasang muatan yang berhulu ledak nuklir, maka satu buah muatan tersebut dapat saja menghancurkan sebuah kota.

Muatan ICBM berhulu ledak nuklir milik Amerika Serikat. Dimensi dari muatan tersebut kurang lebih seukuran orang dewasa.
Muatan ICBM jatuh ke bumi dengan gaya gravitasi setelah menembus atmosfir hingga menuju sasaran. Beberapa muatan ICBM bahkan mampu melepas parasut untuk memperlambat laju sehingga meningkatkan akurasi. Pada ICBM bermuatan nuklir, dapat diledakkan di atas sasaran (untuk menghancurkan pangkalan militer yang besar atau bahkan sebuah kota), atau diledakkan ketika muatan mengenai tanah (untuk menghancurkan bunker bawah tanah atau silo). Beberapa muatan nuklir bahkan dapat diledakkan puluhan kilometer di udara untuk menimbulkan efek yang dapat menghancurkan peralatan elektronik secara luas yang biasa disebut Electromagnetic Pulse (EMP).
Apakah ICBM dapat dihentikan? ICBM sangat sulit untuk dihentikan setelah diluncurkan. Rudal ICBM memiliki bentuk fisik yang kecil dan berkecepatan tinggi. Jadi, mencoba untuk menghentikan ICBM seperti mencoba untuk menghentikan sebuah peluru yang ditembakkan, dengan menembakkan sebuah peluru juga. Namun, menghadapai ancaman tersebut Jepang sudah mengembangkan sebuah sistem pertahanan terhadap rudal balistik. Bagaimanakah sistem pertahanan tersebut, akan penulis bahas di artikel berikutnya.
Referensi:
1. https://www.space.com/19601-how-intercontinental-ballistic-missiles-work-infographic.html
2. https://foxtrotalpha.jalopnik.com/russias-fast-and-illusive-topol-m-ballistic-missile-is-1618672889
3. http://www.businessinsider.sg/intercontinental-ballistic-missiles-science-2017-7/?r=US&IR=T
4. https://www.newsweek.com/north-korea-rapidly-building-its-first-operational-ballistic-missile-submarine-714481
Read More:
APAKAH MODERNISASI MILITER JEPANG AKAN BERDAMPAK BESAR DI TENGAH ESKALASI ANCAMAN REGIONAL?