Mundur dari GSOMIA, Korsel Menilai Jepang Sebagai Musuh?

KOREA SELATAN MENGUMUMKAN UNTUK MELEPAS KERJA SAMA DENGAN JEPANG
Pemerintah Korea Selatan pada tanggal 22 Agustus 2019 mengumumkan bahwa Korea Selatan telah memutuskan untuk melepas kerjasama General Security Of Military Information Agreement (GSOMIA) yang telah dilaksanakan selama ini dengan Jepang. GSOMIA adalah sebuah perjanjian dan aturan antara pemerintah Jepang dan Korea Selatan dalam rangka bertukar informasi intelijen untuk menangani bagaimana pergerakan dan ancaman yang berasal dari Korea Utara. GSOMIA telah berlangsung semenjak pemerintahan Park Guen-hye pada bulan November tahun 2016 yang mana telah menjadi bentuk simbol keamanan dan pertahanan antara kedua negara tersebut. Apabila GSOMIA dilepas oleh Korsel maka kedepan semakin sulit untuk bertukar informasi intelijen antara Jepang dan Korsel.

photo from cadhumilitary.blog.fc2.com

Hal yang semakin penting diperhatikan apabila GSOMIA dibubarkan adalah permasalahan terhadap misil Korut di masa mendatang. Jepang semakin tidak mampu mendapatkan informasi situasi dan kondisi di medan maupun informasi tentang strategi tempur. Sedangkan Korsel semakin sulit mendapatkan data analisis misil yang diluncurkan oleh Korut karena Jepang jauh lebih unggul dalam bidang sistem analisis yang dimilikinya. Tidak hanya itu, hal ini juga akan berdampak pada koordinasi baik dari segi keamanan dan latihan bersama yang semakin sulit untuk dilaksanakan. Menanggapi hal ini, banyak pihak pengamat internasional dari Jepang yang menilai bahwa Korea Selatan sudah tidak memandang Jepang sebagai negara partner, malainkan sebagai musuh negaranya.  Bagi Presiden Korsel yang lebih diutamakan sebagai partner adalah Korut ketimbang Jepang. Hal ini membuat semakin jelas bahwa pemikiran Presiden Korsel tidak sesuai lagi dengan tujuan GSOMIA dan menjadi alasan utama untuk meninggalkan GSOMIA.

KEPUTUSAN MENGEJUTKAN PRESIDEN MOON JAE-IN
Ada hal yang sedikit membingungkan dan mengejutkan dunia internasional dalam hal keluarnya Korsel dari GSOMIA. Pada tanggal 9 Agustus lalu dalam pertemuan dengan Menteri pertahanan Amerika Serikat Mark Esper, Presiden Korsel Moon Jae-in menegaskan pentingnya kerja sama Korsel-Jepang-Amerika. Pada pidato hari kemerdekaan Korsel tanggal 15 Agustus lalu, Presiden Moon menyampaikan bahwa Korsel dengan senang hati membuka jalan negosiasi untuk bekerja sama, serta menunjukkan posisi untuk merima langkah politik untuk berdamai. Namun demikian pada tanggal 21 agustus 2019 dalam pertemuan antara Menlu Korsel dan Jepang, Korsel menilai Jepang tidak bisa diajak bernegosiasi. Hal ini yang kemudian membuat Korsel memilih untuk meninggalkan GSOMIA.

photo from cadhumilitary.blog.fc2.com

Dalam pertemuan yang berjalan selama kurang lebih 40 menit tersebut sangat jelas bahwa Jepang tidak menunjukkan sikap untuk menerima keinginan Korsel. Begitu pula sebaliknya. Apabila Jepang mengalah dan menerima tuntutan Korsel meskipun dianggap sangat memberatkan Jepang, mungkin sikap Korsel tidak akan sampai dengan meninggalkan perjanjian tersebut. Namun dari sisi Jepang sendiri keinginan Korsel dinilai terlalu berlebihan dan terlalu melawati batas. Pemerintah AS terkejut atas keputusan Moon dan memberikan peringatan kepada pemerintah Korsel untuk memikirkan ulang keputusannya. Keputusan Presiden Moon yang tidak mengindahkan peringatan Amerika ini dapat diartikan bahwa ada usaha Korsel untuk menjauh dari kerjasama Jepang dan AS. Banyak yang masih menjadi pertanyaan mendalam bagi keputusan presiden Moon yang lebih pro-Korut, meski Korsel sendiri masih belum memiliki kedekatan dengan Rusia maupun China apabila sudah melepas dari aliansi Jepang dan AS. Hal ini tentu memberikan pengaruh tersendiri kepada situasi keamanan di asia timur.

AMERIKA TIDAK MELIRIK PERMASALAHAN JEPANG-KOREA SELATAN?
Meskipun pemerintah Amerika bereaksi sangat keras terhadap keputusan pemerintahan Moon, situasi dalam negeri Amerika sendiri tidak begitu banyak pemberitahuan yang membahas masalah keputusan lepasnya Korsel dari GSOMIA. Ada sebuah kemungkinan dimana terlihat masyarakat Amerika yang sebenarnya tidak memiliki ketertarikan yang mendalam tentang lepasnya Korea dari perjanjian GSOMIA tersebut. Hal tersebut terbukti dengan sangat sedikitnya pemberitaan yang disiarkan di Amerika yang membahas masalah tersebut. Mungkin tidak secara keseluruhan Amerika tidak tertarik dengan permasalahan ini, dan pastinya ada orang-orang khusus yang memperhatikan perkembangan antara Jepang dan Korea saat ini. Mungkin juga dapat diambil pemikiran bahwa Amerika berusaha mengambil posisi yang netral tanpa bertepuk sebelah tangan pada salah satu negera karena keduanya adalah negara koalisi Amerika Serikat. Namun jika diperumpamakan bagi Amerika, permasalahan antara Korsel dan Jepang ini bagai hanya seperti angin dalam gelas, yang mengartikan sangat kecilnya perhatian Amerika akan hal tersebut meski dalam permasalahan ini sudah jelas terdapat permasalahan dalam pemerintahan Korsel.

PRESIDEN TRUMP YANG MEMUTUSKAN UNTUK BERTEMU DENGAN KIM JONG-UN
Permasalahan GSOMIA ini ada kemungkinan dipicu dari keinginan Trump untuk bertemu dengan Kim Jong-Un secara tiba tiba pada bulan Maret tahun 2018 lalu dan secara nyata telah bertemu di Singapura pada tanggal 12 Juni 2018. Ada kemungkinan besar hal ini masih terkait dengan Presiden Korsel Moon Jae-in yang turut mendukung pertemuan tersebut dan secara tidak langsung hal ini akan mendorong Amerika mendukung Korea Selatan dari berbagai aspek. Apabila Korea Selatan mendapatkan perhatian lebih dari Amerika maka otomatis akan mengurangi peran Jepang dalam hal permasalahan yang menyangkut Korea Utara selama ini.

photo from gannett-cdn.com

ALIANSI KORSEL-AMERIKA-JEPANG YANG SEMAKIN RAPUH
Perlu dicermati bahwa pergerakan Korea Selatan dari masa perang dingin sudah mulai terdapat tanda untuk menjauh dari aliansi Korsel-Amerika-Jepang. Hal ini juga dimungkinkan dengan alasan perubahan lingkungan internasional yang terjadi di Kawasan Asia Timur itu sendiri. Apabila tidak ada inisiatif pertemuan Trump dengan Kim Jong-un, mungkin aliansi dengan Korsel dan Jepang justru akan kuat kembali seperti pasca perang dunia kedua. Pada saat itu, Amerika membentuk dinding keamanan sepanjang laut china timur sampai dengan jepang utara. Sehingga dengan semakin kuatnya hubungan Korut-Korsel dan Korut-Amerika pada akhirnya menjadikan alasan yang jelas bagi Moon Jae-in untuk melepas peran Jepang yang dianggap tidak terlalu penting lagi. Kerapuhan dari aliansi ini akan menjadi bahan tawaan oleh China dan Rusia yang sempat mewaspadai aliansi Korsel-Amerika-Jepang dan kini rapuh dengan sendirinya. Hal tersebut diperburuk dengan kondisi nyata Jepang dan Korsel saat ini yang memasuki babak perang dingin.

tulisan original dari : cadhumilitary.blog.fc.com



JIKA KAMU HANYA MENGENAL BANGSAMU SAJA SEBENARNYA ENGKAU TIDAK BENAR BENAR MENGENAL BANGSAMU. MAKA BELAJARLAH LEBIH BANYAK TENTANG DUNIA.


Leave a Reply