Bagi generasi yang mengalami masa kanak-kanak pada kurun tahun 80an hingga akhir milenium, nama Nintendo pastilah sudah tidak asing bahkan mungkin meninggalkan nostalgia tersendiri. Perusahaan asal Jepang yang didirikan sejak tahun 1889 ini pada masa jayanya layak disebut sebagai penguasa tunggal konsol game rumahan jauh sebelum Sony meluncurkan seri Playstation. Beberapa game terkenal di masanya dalam bentuk Game & Watch, Super Mario Series, Legend of Zelda, Pokemon Co. hingga jajaran Game Boy yang menjadikan nama Nintendo besar dan berkuasa di ranah konsol game.
Kesuksesan dan kebesaran Nintendo sebagai perusahaan konsol game terus meningkat, bersama dengan rivalnya, Sony, produk yang dipasarkan Nintendo semakin menarik dan variatif mengikuti masa dan tren dari konsumen mereka, yaitu anak-anak. Konsol game portabel seri Nintendo DS telah mencatatkan angka penjualan melebihi 154 juta unit diseluruh dunia hingga tahun 2013. Namun petaka yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, ternyata baru saja dimulai. Munculnya era smartphone telah mendorong perkembangan aplikasi yang luar biasa pesat, terutama di bidang game. Sedikit banyak pemain game mulai melirik ponsel pintar sebagai alternatif dan mulai meninggalkan konsol game ‘konvensional’ seperti Nintendo DS dan Playstation. Hal ini terbukti dengan penurunan laba Nintendo sampai pada level 60% di 2014. Tahun 2015, tercatat kerugian sebesar JPY 46,4 milyar. Semester pertama tahun ini pun, Nintendo hampir memastikan pembukuan dengan angka rugi yang lebih parah. Langkah antisipasi sebenarnya telah dilakukan oleh Nintendo, melihat kecenderungan penetrasi game smartphone, dengan produksi seri Wii maupun konsol terbaru jenis NX. Namun apa daya, konsumen masih lebih memilih pada smartphone yang menawarkan variasi hampir tak terbatas.
Secercah harapan sempat muncul ketika Pokemon GO diluncurkan pada pertengahan Juli lalu, dimana Nintendo adalah salah satu pionir dalam pengembangan game Pokemon seri awal. Nilai saham Nintendo kembali naik dan menunjukkan penjualan yang positif hingga memperoleh keuntungan pasar sebesar JPY 1,8 triliun pada akhir Juli lalu. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pihak Nintendo sendiri mengklarifikasi bahwa perusahaannya tidak terlibat secara finansial dalam pengembangan Pokemon GO, meskipun sebenarnya ide awal munculnya permainan ini juga atas salah satu inisiatif mantan CEO Nintendo, Satoru Iwata. Saham Nintendo kembali jatuh, mencatatkan kehilangan sebesar JPY 708 milyar berselang 3 hari sejak titik tertinggi.
CEO Nintendo saat ini, Tatsumi Kimishima, memegang tugas yang sangat berat guna kembali mengangkat perusahaannya untuk kembali sekedar menghilangkan tinta merah. Perusahaannya akan tetap menjaga prinsip untuk tidak latah masuk ke ranah game aplikasi pada smartphone, menjadikan tantangan kedepan semakin berat. Kegagalan generasi Wii sebenarnya telah memancing Iwata hingga akhir hayatnya memunculkan ide pengembangan Pokemon GO bersama Niantic. Iwata pernah mengatakan bahwa dalam dunia game, satu hentakan yang tepat bisa merubah arah hidup perusahaan, dan itu yang tengah dibuktikan dengan demam Pokemon GO. Kini, Nintendo tengah mempersiapkan senjata barunya berupa seri terbaru game Pokemon “SUN & MOON”. Game untuk seri Nintendo DS ini dijadwalkan rilis pada 18 November mendatang, seperti yang diumumkan pada awal Juli lalu, dengan sasaran utama konsumen anak-anak pada liburan musim dingin di akhir tahun. Kimishima meyakini ucapan Iwata bahwa anak-anak menikmati permainan yang tidak membutuhkan uang tambahan, dan hal ini tidak ditemui di aplikasi smartphone meski hanya berupa iklan. “SUN & MOON” tidak boleh gagal, begitu pernyataan Kimishima pada rapat direksi Nintendo 27 Juli lalu, sekaligus menggantungkan asa terakhir perusahaannya.
Sumber :
Harian Nihon Keizai Shinbun, 10 Agustus 2016
Wikipedia, keyword Nintendo (https://en.wikipedia.org/wiki/Nintendo), diakses pada 10 Agustus 2016